Rabu, 14 Desember 2016

Konsep Dasar PAUD


PAUD adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak (kompetensi).

 Tujuan PAUD antara lain adalah:

1. Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut
2. Mengurangi angka mengulang kelas
3. Mengurangi angka putus Sekolah (DO)
4. Mempercepat pencapaian Wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
5. Meningkatkan Mutu Pendidikan
6. Mengurangi angka buta huruf muda
7. Memperbaiki derajat kesehatan & gizi anak usia dini
8. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

 Selain tujuan diatas, menurut UNESCO (2005) tujuan PAUD antara lain berdasarkan beberapa alasan:
1. Alasan Pendidikan: PAUD merupakan pondasi awal dalam meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi, menurunkan angka mengulang kelas dan angka putus sekolah.
2. Alasan Ekonomi: PAUD merupakan investasi yang menguntungkan baik bagi keluarga maupun pemerintah
3. Alasan sosial: PAUD merupakan salah satu upaya untuk menghentikan roda kemiskinan
4. Alasan Hak/Hukum: PAUD merupakan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh undang-undang.

Melalui PAUD, anak diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya antara lain: agama, kognitif, sosial-emosional, bahasa, motorik kasar dan motorik halus, serta kemandirian; memiliki dasar-dasar aqidah yang lurus sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, serta memiliki motivasi dan sikap belajar yang positif.

Ruang lingkup PAUD di Indonesia mencakup usia sejak lahir sampai dengan 6 (enam) tahun. Pengelompokan usia anak dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Anak usia 0 – 1 tahun disebut infant (bayi)
2. Anak usia 1 – 3 tahun disebut toddler (batita = bawah tiga tahun)
3. Anak usia 3 – 4 tahun disebut playgroup (kelompok bermain)
4. Anak usia 4 – 6 tahun disebut kindergarten (TK)

 Landasan Filosofis PAUD
1. Pandangan Pestalozzi
Pestalozzi berpandangan bahwa anak pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa masing-masing tahap partumbuhan dan perkembangan seorang individu haruslah tercapai dengan sukses sebelum berlanjut pada tahap berikutnya.
Pestalozzi percaya bahwa cara belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman antara lain dengan menghitung, mengukur, merasakan dan menyentuhnya.
2. Pandangan Maria Montessori
Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah/ TK sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan merupakan aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian dan pengarahan diri. Gejala psikis atau kejiwaan yang memungkinkan anak membangun pengetahuannya sendiri dikenal dengan istilah jiwa penyerap (absorbent mind).
3. Pandangan Froebel
Pendidikan keluarga sebagai pendidikan pertama bagi anak dalam kehidupannya, sangatlah penting, karena kehidupan yang dialami oleh anak pada masa kecilnya akan menentukan kehidupannya di masa depan. Froebel memandang pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Ia menggunakan taman sebagai simbol dari pendidikan anak. Apabila anak mendapatkan pengasuhan yang tepat, maka seperti halnya tanaman muda akan berkembang secara wajar mengikuti hukumnya sendiri.
 4. Pandangan J.J. Rousseau
Rousseau memiliki keyakinan bahwa seorang ibu dapat menjamin pendidikan anaknya secara alamiah. Ia berprinsip bahwa dalam mendidik anak, orang tua perlu memberi kebebasan pada anak agar mereka dapat berkembang secara alamiah
5. Pandangan Jean Piaget dan Lev Vigotsky
Pandangan konstruktivis dimotori oleh dua orang ahli psikilogi yaitu Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Pada dasarnya paham konstruktivis ini mempunyai asumsi bahwa anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Anak mengkonstruksi pengetahuannya berdasarkan pengalamannya.
Piaget dan Vigotsky sama-sama menekankan pada pentingnya aktivitas bermain sebagai sarana untuk pendidikan anak, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas berfikir. Lebih jauh mereka berpendapat bahwa aktivitas bermain juga dapat menjadi akar bagi perkembangan perilaku moral. Hal itu terjadi ketika dihadapkan pada suatu situasi yang menuntut mereka untuk berempati serta memenuhi aturan dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Pandangan Ki Hadjar Dewantara
Nama aslinya adalah Suwardi Suryaningrat, Ki Hadjar memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Anak memiliki hak untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, sehingga anak patut diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri atau dipaksa. Pamong (guru) hanya boleh memberikan bantuan apabila anak menghadapi hambatan yang cukup berat dan tidak dapat diselesaikan. Pendidikan sama sekali tidak mengubah dasar pembawaan anak, kecuali memberikan tuntunan agar kodrat-kodrat bawaan anak itu bertumbuh-kembang ke arah yang lebih baik.

 Prinsip-prinsip Pendekatan dalam Pembelajaran Anak Usia Dini
1. Berorientasi pada kebutuhan anak
2. Sesuai dengan perkembangan anak
3. Mengembangkan kecerdasan anak
4. Belajar melalui bermain
5. Belajar dari kongkrit ke abstrak, sederhana ke kompleks, gerakan ke verbal, dan dari sendiri ke sosial.
 6. Anak sebagai pebelajar aktif
7. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebaya di lingkungannya
8. Menggunakan lingkungan yang kondusif
9. Merangsang kreativitas dan inovasi
10. Mengembangkan kecakapan hidup
11. Memanfaatkan potensi lingkungan
12. Sesuai dengan kondisi sosial budaya
13. Stimulasi secara holistik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar